Langsung ke konten utama

Kesalahan Diagnosis yang Sering Terjadi

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth

img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Beberapa penyakit memiliki gejala yang mirip sehingga sulit dibedakan. Kesalahan diagnosis sering mengakibatkan masalah yang sesungguhnya tidak tertangani, malah mendapatkan obat atau tindakan yang tidak perlu.

Agar tidak mengalami hal yang demikian, ada baiknya mengenali beberapa jenis penyakit dengan gejala yang mirip. Jika sekiranya diagnosis dokter meragukan, jangan sungkan untuk mencari kepastian karena pasien berhak atas second opinion.

Dikutip dari MensHealth, Selasa (12/10/2010), berikut ini adalah 4 penyakit yang sering salah didiagnosis.

1. Alergi
Hidung meler, mata berair serta bersin-bersin belum tentu menandakan alergi. Apalagi bagi yang sudah berusia 20-30 tahun, reaksi alergi jarang muncul begitu saja sebab umumnya alergen atau pemicunya sudah dikenali dan pastinya selalu dihindari.

Apabila tidak ada pemicu alergi, maka kemungkinan lain adalah vasomotor rhinitis yakni radang mukosa hidung yang dipicu oleh senyawa-senyawa non-alergen seperti parfum dan asap rokok. Kondisi semacam ini tidak dapat diatasi dengan antialergi.

2. Sinus headache (sakit kepala karena sinusitis)
Menurut penelitian di American Headache Society, 86 persen penderita sinus headache juga mengalami migrain. Meski gejalanya sama, namun obat-obatan untuk mengatasi sinusitis tidak dapat menyembuhkan sakit kepala akibat migrain.

Karena migrain lebih banyak berhubungan dengan saraf, maka sebaiknya jangan dianggap remeh. Apabila sakit kepala tidak hilang hingga lebih dari 2 minggu, jangan ragu-ragu untuk langsung memeriksakan diri ke dokter saraf.

3. Bronkitis
Tidak semua penderita asma menyadari penyakitnya karena memang jarang muncul. Maka ketika asma tersembunyi itu muncul bersamaan dengan adanya infeksi, sesak napas yang terjadi sering dianggap sebagai gejala bronkitis.

Untuk memastikan adanya asma tersembunyi, cobalah sekali waktu untuk memeriksa kapasitas vital paru-paru. Apabila kapasitasnya kurang dari 80 persen, perlu diwaspadai adanya gejala asma tersembunyi.

4. Apendisitis (radang usus buntu)
Penelitian di University of Washington menunjukkan 16 persen operasi pemotongan usus buntu dilakukan pada pasien yang sebetulnya tidak membutuhkan. Radang usus buntu atau apendisitis memang berbahaya sehingga pada umumnya dokter tidak mau ambil risiko dan memilih secepatnya memotong bagian tubuh yang memang tidak jelas fungsinya tersebut.

Radang usus buntu sebenarnya bisa dipastikan dari hasil CT scan dan jumlah sel darah putih yang melampaui 10.000/mcL. Jika tidak ada masalah dengan usu buntu, penyakit yang gejalanya mirip adalah radang kelenjar getah bening dan infeksi virus pencernaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Venus adalah planet terdekat kedua dari Matahari setelah Merkurius . Planet ini mengorbit Matahari selama 224,7 hari Bumi . [11] Venus tidak memiliki satelit alami dan dinamai dari dewi cinta dan kecantikan dalam mitologi Romawi . Setelah Bulan , planet ini merupakan objek alami tercerah di langit malam, dengan magnitudo tampak Sebesar −4,6 yang cukup cerah untuk menghasilkan bayangan. [12] Venus merupakan planet inferior dengan sudut elongasi yang mencapai 47,8°. Kecerahan maksimal planet ini dapat dilihat segera sebelum matahari terbit atau setelah matahari terbenam, sehingga disebut Bintang Fajar atau Bintang Senja. Venus adalah planet kebumian dan kadang-kadang disebut “planet saudara” Bumi karena ukuran, gravitasi, dan komposisi yang mirip (Venus merupakan planet terdekat dari Bumi dan planet yang ukurannya paling mendekati Bumi). Namun, dalam hal lain planet ini sangat berbeda dari Bumi. Planet ini memiliki atmosfer terpadat di antara empat planet kebumian

Oksigen yang Banyak di Dalam Tubuh Bisa Kurangi Berat Badan

Vera Farah Bararah - detikHealth (Foto: thinkstock) Jakarta, Bernapas adalah salah satu komponen kunci dari pembakaran lemak. Semakin banyak oksigen di dalam tubuh maka semakin banyak lemak yang bisa dibakar. Bagaimana prosesnya? Asal tahu saja, rantai panjang lemak terdiri dari oksigen, karbon dan hidrogen. Lemak ini dapat membantu mensintesis hormon, menjaga kulit tetap sehat , melindungi organ tubuh, mempertahankan suhu tubuh dan meningkatkan fungsi sel yang sehat. Tapi jika jumlahnya berlebih, maka lemak ini bisa menimbulkan risiko kesehatan tertentu pada seseorang. Lemak yang berasal dari makanan akan dipecah oleh sistem pencernaan menjadi struktur kecil-kecil sehingga bisa masuk ke dalam sel. Struktur dari lemak ini akan mengalami proses kimia, proses ini bisa bekerja dengan baik jika memiliki kadar osigen yang cukup. Jika kadar oksigennya kurang, maka proses pembakaran lemak ini akan berhenti. Bisakah latihan pernapasan membantu mengurangi jumlah lema

Gemuk Bisa Ditularkan oleh Virus

Merry Wahyuningsih - detikHealth (Foto: thinkstock) San Diego, Obesitas atau kegemukan selalu dikaitkan dengan faktor genetik, pola makan, aktivitas fisik dan faktor lingkungan lain. Tapi baru-baru ini ilmuwan menemukan bahwa obesitas disebabkan oleh virus yang dapat menular. Ilmuwan menemukan bahwa 'ledakan' obesitas khususnya di dunia Barat selama 30 tahun terakhir ini salah satunya disebabkan oleh virus yang dapat menular layaknya penyakit infeksi. Penelitian telah menemukan bukti baru untuk penyakit yang disebut infectobesity , yaitu obesitas yang ditularkan dari orang ke orang seperti infeksi. Virus yang bertanggungjawab pada obesitas ini adalah strain dari adenovirus, versi yang juga menyebabkan flu biasa. Virus ini sudah diberi label 'virus gemuk'. Ada lebih dari 50 strain a denovirus yang diketahui menginfeksi manusia. Tetapi virus yang dikaitkan dengan obesitas pada manusia hanya satu, yaitu adenovirus 36. Ilmuwan di University of Californi