AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
(Foto: thinkstock)
Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan 15 Oktober 2010, Food and Drug Administration (FDA) merekomendasikan penyuntikan tiap 3 bulan untuk pencegahan migrain. Titik penyuntikannya adalah sekitar leher dan kepala.
Namun efek botox dikatakan hanya manjur untuk jenis migrain kronis. Jenis sakit kepala yang lain maupun migrain yang hanya berlangsung kurang dari 14 hari tidak bisa dicegah dengan obat yang memiliki nama generik onabotulinumtoxinA ini.
FDA juga memperingatkan kemungkinan efek samping yang muncul. Dalam uji klinis, suntik botox menyebabkan nyeri leher dan sakit kepala pada 1 persen pasien sementara gejala yang sama hanya dirasakan 0,3 persen pasien yang menerima plasebo.
Penggunaan botox untuk keperluan medis bukan kali ini saja mendapat persetujuan dari FDA. Sebelumnya, obat yang sama sudah disetujui penggunaannya untuk mengatasi strabismus dan blepharospasm yakni 2 jenis gangguan pada otot mata.
"Pada migrain, khasiat botox tidak terlalu ampuh. Tapi sekecil apapun, pengaruhnya bisa sangat bermanfaat ketika seseorang bisa kembali beraktivitas," ungkap Dr Elizabeth W Loder, profesor neurologi dari Harvard University seperti ditulir Reuters, Senin (18/10/2010).
Migrain merupakan kondisi kepala yang selalu berdenyut dengan kuat, kadang disertai mual muntah dan meningkatnya sensitivitas terhadap cahaya atau suara. Dikatakan kronis apabila berlangsung sedikitnya 15 hari dengan durasi sekurang-kurangnya 4 jam dalam sehari.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menempatkan migrain di urutan ke-19 dalam daftar penyakit paling mengganggu aktivitas. Dibandingkan pria, wanita 3 kali lebih rentan mengalami gejala ini.
Komentar