Langsung ke konten utama

Bakteri di Luar Angkasa Mampu Bertahan 553 Hari

Merry Wahyuningsih - detikHealth

img
(Foto: thinkstock)
Devon, Sinar ultraviolet yang ekstrem, sinar kosmik dan perubahan suhu yang dramatis membuat banyak makhluk hidup tak bisa bertahan di luar angkasa. Tapi ada jenis bakteri yang mampu bertahan 553 hari di luar angkasa tanpa oksigen.

Bakteri tersebut diambil dari tebing-tebing di Pantai Selatan Inggris. Sel bakteri yang diambil berasal dari sepotong batu dari tebing-tebing di Bersyeba, Devon. Kemudian bakteri itu disisipkan pada bagian eksterior pesawat luar angkasa International Space Station untuk melihat berapa lama bakteri itu bertahan hidup dalam kondisi keras di luar angkasa.

Ketika ilmuwan meneliti bakteri tersebut setelah satu setengah tahun atau 553 hari diluncurkan ke luar angkasa pada tahun 2008, ilmuwan menemukan banyak bakteri yang masih hidup meskipun terkena sinar ultraviolet ekstrem, sinar kosmik dan pergeseran suhu yang dramatis.

Selain 'kelaparan' oksigen, semua air di batu kapur juga akan mendidih bila sampai di ruang vakum tersebut. Sehingga susah untuk makhluk hidup bisa bertahan hidup.

Menurut ilmuwan, temuan ini dapat mendukung teori bahwa alien mikro-organisme dapat melakukan transportasi antar planet pada meteorit.

Ini adalah periode terpanjang bagi mikroba photosynthesising untuk bertahan di luar angkasa. Dan mikroba ini sekarang dapat dikembangkan untuk digunakan dalam sistem pendukung kehidupan bagi astronot yang bepergian ke luar bumi orbit rendah.

Sel-sel bakteri yang masih hidup sekarang sedang dikembangkan di laboratorium di Open University, Milton Keynes.

"Telah diusulkan bahwa bakteri dapat digunakan dalam sistem pendukung kehidupan yang berfungsi mendaur ulang segalanya," ujar Dr Karen Olsson-Francis, peneliti di laboratorium Open University, seperti dilansir dari Telegraph, Rabu (25/8/2010).

Menurut Dr Karen, ada juga konsep yang akan dikembangkan berbasis di bulan atau Mars. "Kita bisa menggunakan bakteri untuk 'bio-pertambangan', untuk mengekstrak mineral penting dari batu," tambah Dr Karen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Venus adalah planet terdekat kedua dari Matahari setelah Merkurius . Planet ini mengorbit Matahari selama 224,7 hari Bumi . [11] Venus tidak memiliki satelit alami dan dinamai dari dewi cinta dan kecantikan dalam mitologi Romawi . Setelah Bulan , planet ini merupakan objek alami tercerah di langit malam, dengan magnitudo tampak Sebesar −4,6 yang cukup cerah untuk menghasilkan bayangan. [12] Venus merupakan planet inferior dengan sudut elongasi yang mencapai 47,8°. Kecerahan maksimal planet ini dapat dilihat segera sebelum matahari terbit atau setelah matahari terbenam, sehingga disebut Bintang Fajar atau Bintang Senja. Venus adalah planet kebumian dan kadang-kadang disebut “planet saudara” Bumi karena ukuran, gravitasi, dan komposisi yang mirip (Venus merupakan planet terdekat dari Bumi dan planet yang ukurannya paling mendekati Bumi). Namun, dalam hal lain planet ini sangat berbeda dari Bumi. Planet ini memiliki atmosfer terpadat di antara empat planet kebumian

Gemuk Bisa Ditularkan oleh Virus

Merry Wahyuningsih - detikHealth (Foto: thinkstock) San Diego, Obesitas atau kegemukan selalu dikaitkan dengan faktor genetik, pola makan, aktivitas fisik dan faktor lingkungan lain. Tapi baru-baru ini ilmuwan menemukan bahwa obesitas disebabkan oleh virus yang dapat menular. Ilmuwan menemukan bahwa 'ledakan' obesitas khususnya di dunia Barat selama 30 tahun terakhir ini salah satunya disebabkan oleh virus yang dapat menular layaknya penyakit infeksi. Penelitian telah menemukan bukti baru untuk penyakit yang disebut infectobesity , yaitu obesitas yang ditularkan dari orang ke orang seperti infeksi. Virus yang bertanggungjawab pada obesitas ini adalah strain dari adenovirus, versi yang juga menyebabkan flu biasa. Virus ini sudah diberi label 'virus gemuk'. Ada lebih dari 50 strain a denovirus yang diketahui menginfeksi manusia. Tetapi virus yang dikaitkan dengan obesitas pada manusia hanya satu, yaitu adenovirus 36. Ilmuwan di University of Californi

Oksigen yang Banyak di Dalam Tubuh Bisa Kurangi Berat Badan

Vera Farah Bararah - detikHealth (Foto: thinkstock) Jakarta, Bernapas adalah salah satu komponen kunci dari pembakaran lemak. Semakin banyak oksigen di dalam tubuh maka semakin banyak lemak yang bisa dibakar. Bagaimana prosesnya? Asal tahu saja, rantai panjang lemak terdiri dari oksigen, karbon dan hidrogen. Lemak ini dapat membantu mensintesis hormon, menjaga kulit tetap sehat , melindungi organ tubuh, mempertahankan suhu tubuh dan meningkatkan fungsi sel yang sehat. Tapi jika jumlahnya berlebih, maka lemak ini bisa menimbulkan risiko kesehatan tertentu pada seseorang. Lemak yang berasal dari makanan akan dipecah oleh sistem pencernaan menjadi struktur kecil-kecil sehingga bisa masuk ke dalam sel. Struktur dari lemak ini akan mengalami proses kimia, proses ini bisa bekerja dengan baik jika memiliki kadar osigen yang cukup. Jika kadar oksigennya kurang, maka proses pembakaran lemak ini akan berhenti. Bisakah latihan pernapasan membantu mengurangi jumlah lema