Merry Wahyuningsih - detikHealth
(Foto: thinkstock)
Bakteri tersebut diambil dari tebing-tebing di Pantai Selatan Inggris. Sel bakteri yang diambil berasal dari sepotong batu dari tebing-tebing di Bersyeba, Devon. Kemudian bakteri itu disisipkan pada bagian eksterior pesawat luar angkasa International Space Station untuk melihat berapa lama bakteri itu bertahan hidup dalam kondisi keras di luar angkasa.
Ketika ilmuwan meneliti bakteri tersebut setelah satu setengah tahun atau 553 hari diluncurkan ke luar angkasa pada tahun 2008, ilmuwan menemukan banyak bakteri yang masih hidup meskipun terkena sinar ultraviolet ekstrem, sinar kosmik dan pergeseran suhu yang dramatis.
Selain 'kelaparan' oksigen, semua air di batu kapur juga akan mendidih bila sampai di ruang vakum tersebut. Sehingga susah untuk makhluk hidup bisa bertahan hidup.
Menurut ilmuwan, temuan ini dapat mendukung teori bahwa alien mikro-organisme dapat melakukan transportasi antar planet pada meteorit.
Ini adalah periode terpanjang bagi mikroba photosynthesising untuk bertahan di luar angkasa. Dan mikroba ini sekarang dapat dikembangkan untuk digunakan dalam sistem pendukung kehidupan bagi astronot yang bepergian ke luar bumi orbit rendah.
Sel-sel bakteri yang masih hidup sekarang sedang dikembangkan di laboratorium di Open University, Milton Keynes.
"Telah diusulkan bahwa bakteri dapat digunakan dalam sistem pendukung kehidupan yang berfungsi mendaur ulang segalanya," ujar Dr Karen Olsson-Francis, peneliti di laboratorium Open University, seperti dilansir dari Telegraph, Rabu (25/8/2010).
Menurut Dr Karen, ada juga konsep yang akan dikembangkan berbasis di bulan atau Mars. "Kita bisa menggunakan bakteri untuk 'bio-pertambangan', untuk mengekstrak mineral penting dari batu," tambah Dr Karen.
Komentar